Cerita Unik Dibalik Vespa Super 150 Tahun 1974 Milik Sang Mantan Penilik
Label: Sejarah Vespa, Vespa Antik, Vespa Klasik, Vespa Tua
Kecintaan saya terhadap motor Vespa berawal dari kesukaan musik generasi tahun 70 dan 80-an yang sering saya dengar lewat suara tape dari kamar seorang kakak lelaki yang umurnya beda 13 tahunan dengan saya. Masa kecil saya yang berada di tahun 80 hingga 90-an juga sering dilalui bersama motorVespa Super berwarnamedium blue milik Bapak buatan tahun 1979. Dari jenis musik yang berkategori classic dan pengalaman masa kecil tersebut sejak memasuki usia remaja saya semakin menyukai hal-hal yang mempunyai nilai antik dan klasik. Termasuk salah satunya dalam bidang otomotif yang memang menjadi salah satu hobby yang saya gemari.
Ceritanya bermula ketika saya mulai bekerja di salah satu bank milik pemerintah yang cukup terkemuka di negeri ini pada tahun 2002. Hobi otomotif tersebut banyak berkembang dan tersalurkan karena saya sudah mempunyai penghasilan sendiri dan banyak bergaul dengan rekan-rekan kerja yang memiliki minat sama. Semenjak itu saya telah berganti-ganti memakai motor Vespa sebanyak 4 model hingga tahun 2015 ini.
Vespa pertama yang saya beli adalah jenis Vespa P 150 X tahun 1984 yang saya dapatkan berdasarkan referensi dari sang kakak pertama di tahun 2004 dengan harga 4,5 juta rupiah. Setelah itu karena keperluan untuk uang muka rumah, PX tersebut terpaksa harus saya jual kembali, lalu kemudian pada tahun 2006 saya kembali membeli Vespa Exclusive tahun 1992, motor Vespa ini ternyata memiliki mesin yang bermasalah dan sering mogok, akhirnya dalam jangka waktu yang tidak lama saya lepas kembali walaupun dengan sedikit kerugian. Di tahun 2008 sya kembali terpikat dan merasa kangen mengedarai Vespa, secara kebetulan sang kakak yang nomor tiga menawarkan Vespa PS "banci" tahun 82. Skuter yang satu ini disbut banci karena tidak memiliki lampu sein seperti model Vespa PS lainnya. Motor ini mempunyai mesin yang masih sangat bagus, walaupun cat bodinya sudah lusuh namun masih tetap orsini. Keadaannya yang seperti itu membuat salah satu teman saya terus merayu saya untuk menjual kepadanya, akhirnya hati saya pun harus lela memindahtangankan si PS yang tadinya akan saya bangun kembali itu kepada teman tersebut.
Setelah kurang lebih 3 tahun memakai motor dari merek lain, rasanya kerinduan akan sensasi berkendara dengan Vespa terus berkobar di hati saya. Saat itu yang sudah berniat untuk memiliki kembali sebuah motor Vespa yang lebih tua atau yang tergolong Vespa Antik. Singkat cerita pada tahun 2010 saya ditugaskan untuk bekerja di salah satu kantor cabang pembantu yang baru dibuka pada tahun 2009 yaitu di daerah Singaparna sebagai ibukota Kabupaten Tasikmalaya yang baru memisahkan diri dengan Kota Tasikmalaya. Di kantor itulah kemudian saya mempunyai rekan kerja yang biasa mengatur parkir kendaraan nasabah yang datang ke bank tempat dimana saya bekerja tersebut.
Setelah berkenalan lebih akrab dan ngobrol mengenai keinginan saya untuk mencari motor Vespa antik tersebut, ternyata dia mempunyai informasi mengenai keberadaan skuter klasik Vespa yang saya maksud. Menurut informasi dari rekan kerja tersebut bahwa di kampungnya dia memiliki sorang tetangga yang mempunyai motor Vespa yang sudah lama tidak dipakai lagi karena kondisi usianya yang tidak memungkinkan lagi untuk mengendarai motor. Mendengan kabar tersebut saya semakin penasaran dan ingin cepat-cepat mengunjungi rumah pemilik Vespa tersebut, walaupun Mang Oyib sapaan akrab rekan kerja tersebut tidak mengetahui secara pasti model Vespa yang dimiliki oleh tetangganya tersebut.
Seperti kata peribahasa bagai cinta dipucuk maka ulam pun tiba, saya sangat bergembira dan langsung menyuruh Mang Oyib untuk menggali informasi yang lebih jelas mengenai jenis motor Vespa tetangganya itu. Sebelumnya saya sudah berangan-angan Vespa itu dari salah satu jenisVespa Kongo atau seri VBB produksi awal tahun 60-an. Setelah mendapat berita yang lebih jelas bahwa Vespa tersebut memiliki lampu depan yang tidak bulat maka angan-angan saya untuk mendapatkan Vespa Klasik sedikit sirna, dan ternyata Vespa itu adalah Vespa Super Tahun 1974 berwarna Medium Blue.
Ceritanya bermula ketika saya mulai bekerja di salah satu bank milik pemerintah yang cukup terkemuka di negeri ini pada tahun 2002. Hobi otomotif tersebut banyak berkembang dan tersalurkan karena saya sudah mempunyai penghasilan sendiri dan banyak bergaul dengan rekan-rekan kerja yang memiliki minat sama. Semenjak itu saya telah berganti-ganti memakai motor Vespa sebanyak 4 model hingga tahun 2015 ini.
Vespa pertama yang saya beli adalah jenis Vespa P 150 X tahun 1984 yang saya dapatkan berdasarkan referensi dari sang kakak pertama di tahun 2004 dengan harga 4,5 juta rupiah. Setelah itu karena keperluan untuk uang muka rumah, PX tersebut terpaksa harus saya jual kembali, lalu kemudian pada tahun 2006 saya kembali membeli Vespa Exclusive tahun 1992, motor Vespa ini ternyata memiliki mesin yang bermasalah dan sering mogok, akhirnya dalam jangka waktu yang tidak lama saya lepas kembali walaupun dengan sedikit kerugian. Di tahun 2008 sya kembali terpikat dan merasa kangen mengedarai Vespa, secara kebetulan sang kakak yang nomor tiga menawarkan Vespa PS "banci" tahun 82. Skuter yang satu ini disbut banci karena tidak memiliki lampu sein seperti model Vespa PS lainnya. Motor ini mempunyai mesin yang masih sangat bagus, walaupun cat bodinya sudah lusuh namun masih tetap orsini. Keadaannya yang seperti itu membuat salah satu teman saya terus merayu saya untuk menjual kepadanya, akhirnya hati saya pun harus lela memindahtangankan si PS yang tadinya akan saya bangun kembali itu kepada teman tersebut.
Setelah kurang lebih 3 tahun memakai motor dari merek lain, rasanya kerinduan akan sensasi berkendara dengan Vespa terus berkobar di hati saya. Saat itu yang sudah berniat untuk memiliki kembali sebuah motor Vespa yang lebih tua atau yang tergolong Vespa Antik. Singkat cerita pada tahun 2010 saya ditugaskan untuk bekerja di salah satu kantor cabang pembantu yang baru dibuka pada tahun 2009 yaitu di daerah Singaparna sebagai ibukota Kabupaten Tasikmalaya yang baru memisahkan diri dengan Kota Tasikmalaya. Di kantor itulah kemudian saya mempunyai rekan kerja yang biasa mengatur parkir kendaraan nasabah yang datang ke bank tempat dimana saya bekerja tersebut.
Setelah berkenalan lebih akrab dan ngobrol mengenai keinginan saya untuk mencari motor Vespa antik tersebut, ternyata dia mempunyai informasi mengenai keberadaan skuter klasik Vespa yang saya maksud. Menurut informasi dari rekan kerja tersebut bahwa di kampungnya dia memiliki sorang tetangga yang mempunyai motor Vespa yang sudah lama tidak dipakai lagi karena kondisi usianya yang tidak memungkinkan lagi untuk mengendarai motor. Mendengan kabar tersebut saya semakin penasaran dan ingin cepat-cepat mengunjungi rumah pemilik Vespa tersebut, walaupun Mang Oyib sapaan akrab rekan kerja tersebut tidak mengetahui secara pasti model Vespa yang dimiliki oleh tetangganya tersebut.
Seperti kata peribahasa bagai cinta dipucuk maka ulam pun tiba, saya sangat bergembira dan langsung menyuruh Mang Oyib untuk menggali informasi yang lebih jelas mengenai jenis motor Vespa tetangganya itu. Sebelumnya saya sudah berangan-angan Vespa itu dari salah satu jenisVespa Kongo atau seri VBB produksi awal tahun 60-an. Setelah mendapat berita yang lebih jelas bahwa Vespa tersebut memiliki lampu depan yang tidak bulat maka angan-angan saya untuk mendapatkan Vespa Klasik sedikit sirna, dan ternyata Vespa itu adalah Vespa Super Tahun 1974 berwarna Medium Blue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar